Apa hasil perlawanan sisingamangaraja XII saat berperang melawan belanda?
IPS
Neysile
Pertanyaan
Apa hasil perlawanan sisingamangaraja XII saat berperang melawan belanda?
1 Jawaban
-
1. Jawaban ragastyabayu08
Sisingamangaraja XII di nobatkan menjadi Raja Batak, waktu itu usia Sisingamangaraja masih sangat muda, yaitu 19 tahun.
Sampai pada tahun 1886, hampir seluruh Sumatera sudah di kuasai oleh Belanda kecuali Aceh dan tanah Batak yang masih berada dalam situasi merdeka dan damai di bawah pimpinan Raja Sisingamangaraja XII yang masih muda.
Rakyat bertani dan beternak, berburu dan sedikit-sedikit berdagang, kalau Raja Sisingamangaraja XII mengunjungi suatu negeri semua yang “terbeang” atau di tawan, harus di lepaskan.
Sisingamangaraja XII memang terkenal anti perbudakan, anti penindasan dan sangat menghargai kemerdekaan, Belanda pada waktu itu masih mengakui tanah Batak sebagai “De Onafhankelijke Bataklandan”daerah Batak yang tidak tergantung pada Belanda.
Tahun 1837, Kolonialis Belanda memadamkan “Perang Paderi” dan melapangkan jalan bagi pemerintahan Kolonial di Minangkabau dan Tapanuli Selatan, Minangkabau jatuh ke tangan Belanda, dan menyusul ke daerah Natal, Mandailing, Barumun, PadangBbolak, Angkola, Sipirok, pantai barus dan kawasan Sibolga.
Karena itu, sejak tahun 1837, tanah Batak terpecah menjadi dua bagian, yaitu daerah-daerah yang telah di rebut oleh Belanda menjadi daerah gubernemen yang disebut “Residentie Tapanuli dan Onderhoorigheden”, dengan seorang Residen yang berkedudukan di Sibolga yang secara administratif tunduk kepada Gubernur Belanda di Padang, sedangkan bagian tanah Batak lainnya, yaitu daerah-daerah Silindung, Pahae, Habinsaran, Dairi, Humbang, Toba, Samosir, belum berhasil di kuasai oleh Belanda dan tetap di akui Belanda sebagai tanah Batak yang merdeka, atau ‘De Onafhankelijke Bataklandan’.
Pada tahun 1873, belanda menyatakan perang kepada Aceh dan tentaranya mendarat di pantai-pantai Aceh, saat itu tanah Batak di mana Raja Sisingamangaraja XII yang berkuasa, masih belum di jajah oleh Belanda.
3 tahun kemudian, yaitu pada tahun 1876 belanda mengumumkan “Regerings” besluit tahun 1876” yang menyatakan daerah Silindung dan sekitarnya di masukkan kepada kekuasaan Belanda dan harus tunduk kepada Residen Belanda di Sibolga, suasana di tanah Batak bagian Utara menjadi panas.
Raja Sisingamangaraja XII yang bukan berasal dari Silindung, namun sebagai Raja yang mengayomi Raja-raja lainnya di seluruh tanah Batak, bangkit kemarahannya melihat Belanda mulai menganeksasi tanah-tanah Batak.
Raja Sisingamangaraja XII yang cepat mengerti siasat dan strategi Belanda, jika Belanda sudah mulai mencaplok daerah Silindung, tentu mereka akan menyusul menguasai daerah-daerah lainnya seperti Humbang, Toba, Samosir, Dairi dan lain-lain.
Raja Sisingamangaraja XII cepat bertindak, beliau segera mengambil langkah-langkah konsolidasi, Raja-raja Batak lainnya dan pemuka masyarakat di himpunnya dalam suatu rapat raksasa di pasar Balige, bulan Juni tahun 1876.semoga membantu